TBC Genital: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

TBC Genital: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

TBC (Tuberkulosis) genital adalah infeksi TBC yang memengaruhi organ reproduksi. Infeksi ini jarang terjadi dibandingkan TBC paru, namun dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius, termasuk gangguan reproduksi. TBC genital umumnya menyerang wanita usia produktif, tetapi juga bisa dialami pria.

Gejala TBC Genital

Gejala TBC genital bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi. Pada wanita, infeksi biasanya mengenai tuba falopi, endometrium, atau ovarium, dan gejalanya meliputi:

  1. Nyeri perut bagian bawah yang persisten.
  2. Gangguan menstruasi, seperti menstruasi tidak teratur atau pendarahan berlebihan.
  3. Kemandulan, karena infeksi pada tuba falopi atau endometrium dapat memengaruhi kemampuan untuk hamil.
  4. Kelelahan dan demam ringan yang berkepanjangan.

Pada pria, TBC genital sering menyerang epididimis atau prostat. Gejalanya meliputi:

  1. Nyeri pada area panggul atau skrotum.
  2. Pembengkakan pada skrotum atau epididimis.
  3. Gangguan buang air kecil seperti nyeri atau sering buang air kecil.
  4. Penurunan kualitas sperma yang dapat memengaruhi kesuburan.

Penyebab TBC Genital

TBC genital disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang umumnya menyebar melalui darah dari infeksi primer di paru-paru. Meskipun jarang, infeksi juga bisa terjadi akibat kontak langsung dengan alat kelamin yang terinfeksi.

Diagnosis TBC Genital

Diagnosis TBC genital bisa sulit dilakukan karena gejalanya yang tidak spesifik. Beberapa metode diagnosis meliputi:

  1. Tes darah untuk melihat adanya infeksi.
  2. Tes tuberkulin untuk mengetahui respons tubuh terhadap bakteri TBC.
  3. Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi DNA bakteri di organ reproduksi.
  4. Ultrasonografi dan MRI untuk melihat kondisi organ reproduksi.
  5. Biopsi dari jaringan endometrium atau epididimis untuk konfirmasi.

Pengobatan TBC Genital

Pengobatan TBC genital biasanya melibatkan kombinasi antibiotik anti-TBC selama minimal enam bulan. Obat yang umumnya diberikan meliputi isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid. Pengobatan ini harus diikuti dengan ketat untuk mencegah resistensi obat dan kekambuhan.

Selain pengobatan medis, beberapa kasus mungkin membutuhkan tindakan bedah, terutama jika ada jaringan parut atau kerusakan pada organ reproduksi yang menyebabkan kemandulan atau gejala lainnya.

Penting bagi pasien untuk mengikuti pengobatan sampai tuntas dan rutin berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan kondisi dan menghindari komplikasi.