Nama Daniel Tay dikenal oleh seluruh masyarakat Singapura karena gaya hidupnya yang sangat mencengangkan. Ia mampu mengeluarkan Rp 100.000 saja perbulan dengan hidup di negara maju tersebut. Padahal di Indonesia saja rasanya tidak mungkin untuk hidup dengan biaya 100 ribu rupiah perbulannya. Bagaimana ceritanya kok bisa Daniel Tay bertahan hidup di Singapura dengan uang segitu?
Setiap hari dia datang ke restauran bukan untuk memesan makanan akan tetapi mengumpulkan makanan sisa yang tidak habis dimakan oleh orang lain. Alih-alih merasa malu, ia malah diberikan ucapan terima kasih oleh restorannya karena sudah mengurangi limbah sampah makanan. Tidak hanya di restauran, ia juga mendapatkan makanan dari hotel, mall, minimarket, bahkan tetangganya. Setiap hari Daniel bisa mendapatkan makanan yang masih layak konsumsi dan semuanya gratis.
Tidak berhenti disitu, setiap malam ia dan teman-temannya menjadi pemulung. Bagi mereka, barang yang tidak dibutuhkan bagi seseorang bisa jadi berharaga untuk orang lain. Contoh barang bekas yang ia dapatkan ketika memulung adalah baju, tas, alat mandi, jam tangan, kulkas, playstation, dan masih banyak barang berguna lainnya.
Mungkin kamu penasaran kenapa dia sampai segitunya, apakah karena dia tidak punya uang? Jangan salah, ternyata Daniel punya tabungan 150.000 SGD atau setara dengan 1,6 miliar rupiah. Seharusnya angka ini sudah cukup untuk hidup normal di Singapura. Dia juga pernah bekerja di bidang keuangan tetapi resign karena alasan yang cukup unik yaitu “Kalau dia gak belanja, berarti dia gak perlu cari uang lagi”.
Gaya hidup seperti ini disebut dengan freegan, yaitu orang yang belanja seminimal mungkin dan berusaha mendapatkan semua kebutuhannya secara gratis. Orang yang tergabung dalam gerakan ini biasanya bukan karena tidak punya uang, mmelainkan sebagai bentuk protes kepada sistem pangan yang ada di dunia sekarang. Bagi mereka, makanan dan kebutuhan lainnya bakal bisa dinikmati semua orang jika saling berbagi dan tidak rakus. Dibalik semua cerita ini, Daniel tidak melakukannya untuk diri sendiri. 90% barang yang ia temukan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Saat ini, ada jutaan orang yang menderita kemiskinan dan kelaparan. Menurut Daniel, kalau mereka mendapatkan akses makanan sisa yang masih layak konsumsi, dunia akan dapat terlepas dari krisis pangan di seluruh belahan bumi.