Tidak sedikit orang merasa bersahabat dengan lawan jenis itu menyenangkan. Sehingga banyak yang mulai terjebak dalam friendzone karena hal tersebut. Karena memiliki sahabat yang lawan jenis seperti memiliki pacar, tapi tidak ada status. Bisa sedekat itu. Apalagi jika posisinya masing-masing single. Pasti akan tidak ada batasnya dalam hal obrolan, sampai perlakuan fisik. Perlakuan fisik seperti pelukan, itu menjadi hal biasa. Karena biasnaya misalnya untuk pihak perempuan, biasanya mereka jika memiliki sahabat cowok, mereka akan menganggap dia seperti kakaknya sendiri.

Persahabatan Yang Lawan Jenis Memang Memiliki RIsiko Besar Terjebak Dalam Friendzone

Sehingga ada perasaan aman dan nyaman, seperti ada yang menjaganya. Sehingga dia akan sangat bergantung pada sahabat cowoknya. Dan biasanya hal seperti ini yang membuat kedua orang ini menjadi terjebak di friendzone. Dimana yang satu menganggap dia kakak atau adik. Tapi yang satu sudah baper. Sehingga agak sulit memang menjaga atau membuat hubungan sahabat dengan lawan jenis. Karena godaannya jujur saja besar. Dan terasa sulit di beberapa keadaan.

Apalagi jika masuk masa di mana salah satu memiliki pasangan. Sehingga akan ada timbul kecanggungan. Dan jika kalian tidak menjaga batasan, akan ada mulai masalah. Walaupun tidak terbawa secara langsung. Tapi akan menjadi alasan besar untuk menjadi sebuah masalah. Sehingga jika kita ingin bersahabat dengan lawan jenis, memang membutuhkan kedewasaan disana. Sehingga hanya orang-orang tertentu yang dapat menjaga kualitas pertemanan mereka dengan lawan jenis.

Jadi jika kalian tipe orang yang baperan, Dan sensitive. ada baiknya menghindari hubungan bersahabat dengan lawan jenis. Karena itu bisa menjadi masalah besar sewaktu-waktu. Bukan berarti tidak boleh berteman lagi. Boleh tapi ada batasan. Karena sahabat jujur saja sulit di dapatkan. Jadi kalian harus dewasa dalam menyingkapi hal seperti ini. Berpikirlah panjang. Kalau bisa profesional dalam berteman, ya sahabat tetaplah sahabat. Agar kalian tidak saling menyakiti. Jadi jika kalian tidak siap akan hal itu, jangan coba-coba bersahabat dengan lawan jenis, agar tidak mengalami kekecewaan.

Kebiasaan bukan hanya tentang menggantung mantel Anda di dekat pintu atau mengenakan sabuk pengaman di dalam mobil, kata Wood. Empat puluh tiga persen perilaku kita didorong oleh kebiasaan seperti saat kita menyikat gigi, apa yang kita makan untuk sarapan, koktail apa yang kita tuangkan di malam hari. Tidak mengherankan, tindakan otomatis tanpa berpikir ini sulit diubah.

Tahun Baru Tidak Akan Pernah Terlepas Dari Resolusi Dan Harapan-Harapan Yang Baru

“Sangat sulit untuk mengubah kebiasaan kita begitu kita membentuknya. Bahkan, banyak dari kita berpikir bahwa kita harus bisa mengambil keputusan, bukan? Saya akan menurunkan berat badan tahun ini. Aku akan mendapatkan lebih banyak teman tahun ini. Saya akan lebih baik kepada keluarga saya, pasangan saya, tahun ini, saya akan menghemat lebih banyak uang,” kata Wood, yang menulis “Kebiasaan BaikKebiasaan Buruk: Ilmu Membuat Perubahan Positif yang Menempel.” “Tetapi masalahnya adalah bahwa begitu banyak dari perilaku itu adalah kebiasaan dan ingatan yang melekat,” membuat perubahan menjadi sangat sulit.

The Washington Post berbicara kepada Wood baru-baru ini dari rumahnya di DC tentang tantangan kesehatan mental dalam mengubah kebiasaan kita dan mengapa kita tidak boleh berkecil hati dengan resolusi Tahun Baru yang mungkin telah kita tinggalkan, serta pendekatan baru untuk membuat perubahan positif yang langgeng. dalam bagaimana kita hidup. Wawancara ini telah diedit agar panjang dan jelas.

T: Mengapa begitu sulit untuk mempertahankan resolusi tentang mengubah perilaku?

J: Kami membentuk kebiasaan ketika kami mengulangi perilaku berulang-ulang dalam konteks yang sama, dan kami mulai menghubungkan konteks dengan respons itu. Begitu kebiasaan terbentuk, ketika Anda berada dalam konteks itu lagi, kebiasaan itu secara otomatis muncul dalam pikiran. Ini seperti berdiri di depan wastafel Anda di pagi hari, Anda hanya secara otomatis mengambil sikat gigi. Anda tidak bertanya pada diri sendiri apakah Anda ingin melakukannya. Sampai kita menyadari bahwa ingatan kebiasaan tidak mudah pudar, kita akan terus-menerus ditantang dengan resolusi Tahun Baru.